Ni lagi satu tulisan yang aku jumpa. Kalau sebelum ni aku muatkan tulisan Ustaz Tuan Ibrahim Tuan Man yang memberi peringatan kepada yang menang, tulisan kali ni pulak memberi peringatan kepada yang kalah.
Walaupun tulisan Hendrawan Armanto yang aku pun tak kenai sapa dia ni, tak pun tulis pasai menang atau kalah dalam politik tapi aku rasa sesuai dibaca.
Ada 'buah' yang patut difikirkan secara mendalam terutama oleh individu yang kalah dalam pemilihan jawatan yang sedang berlansung dalam PAS masa ni.
Amsal 11: 31 - "Kalau orang benar menerima balasan di atas bumi, lebih-lebih orang fasik dan orang berdosa!"
Setelah mengajar, seringkali evaluasi atas pelajaran yang saya sampaikan, saya bungkus lewat kuis. Saya membagi anak-anak dalam beberapa kelompok, lalu beberapa babak kuis dilaksanakan. Mulai dari tebak lagu, tebak gambar yang dibuat oleh seorang siswa di papan tulis, atau cerdas cermat seputar materi yang telah disampaikan.
Anak-anak kecil seringkali tak siap kalah. Bahkan orang dewasa juga. Makanya, tak jarang ada anak-anak yang menangis bila kelompoknya mendapat nilai yang kecil atau terkecil.
Untuk menyiasatinya, suatu ketika setelah mengajar saya menuliskan besar-besar di papan: "Siap Menang, Siap Kalah". Semua anak saya minta untuk mengucapkan empat kata itu keras-keras. Lalu saya bertanya: "Siapa yang mau kuis hari ini?". Hampir seluruh kelas mengangkat tangan. Ketika tangan-tangan mereka turun, saya bertanya lagi, "Bagaimana jika ada yang kalah?" Seisi kelas diam. Lalu saya tunjuk kata-kata di papan yang saya tulis. Anak-anak tersebut tersenyum dan kuis berjalan dengan lancar.
Manusia besar atau kecil semuanya sebenarnya menyukai tantangan. Seorang anak yang sering kalah saat kuis, bagi saya tampak selalu bersemangat dan terus mencoba menjawab dengan benar. Persoalannya hanya satu: kita tidak diajarkan untuk siap kalah. Kita berjuang, melakukan yang terbaik, belajar, karena merasa harus menang. Kita perlu siap kalah karena kita tidak selalu menang. Kita harus siap kalah karena dunia ini kadang tidak berlaku adil kepada kita.
Kesaksian saya:
Saya menjadi teringat ketika masa-masa saya SMP dan SMA. Dulu, saya adalah seorang yang ketika ada lomba matematika, saya selalu ikut dan berusaha agar menang. Saya sangat suka yang namanya lomba, waktu itu saya ikut semua lomba matematika yang diadakan. Akan tetapi saya satu kalipun tidak pernah menang, hampir semua lomba matematika saya berhasil masuk final atau semi-final namun hasil akhirnya saya selalu kalah.
Saya bukanlah orang yang suka kalah atau lebih tepatnya saya tidak siap kalah apalagi kalau kalah dalam hal yang saya sukai, hal ini membuat saya setiap kali pulang lomba selalu stres dan marah-marah melulu. Waktu itu, saya sama sekali tidak mau yang namanya kalah, karena kekalahan itu sangat menyakitkan apalagi setelah kita berusaha dengan baik.
Sekarang ini kalau saya pikir-pikir lagi, semua itu rencana Tuhan dalam hidup saya, dengan selalu kalah maka ketika saya menang lomba informatika, saya jadi dapat menghargai kemenangan saya. Selain itu karena selalu kalah waktu itu, saya jadi dapat lebih siap menerima kekalahan saya dengan orang lain yang penting bagi saya sekarang adalah saya sudah memberikan yang terbaik yang saya bisa sedangkan saya menang atau kalah, saya kembalikan ke tangan Tuhan.
Akan tetapi kadang kala ketidak siapan saya untuk kalah itu muncul, misalnya pernah ketika membuat kerjaan, orang lain lebih disanjung-sanjung, sedangkan saya yang juga berusaha yang terbaik malah dianggap sebagai pelengkap orang tersebut. Waktu itu saya tidak mau dan tidak siap kalah sama sekali sehingga saya jadi mangkel akan tapi kalau sekarang dipikir lagi, memang waktu itu orang tersebut lebih rajin dan semangat kerja dari pada saya.
Saran saya untuk kalian semua, rasa tidak mau kalah terhadap orang lain itu ada baiknya karena dengan begitu kita jadi berusaha yang terbaik dalam segala hal akan tetapi kalau rasa tidak mau kalah kita itu berlebihan dan melukai orang lain itu yang tidak benar atau bisa dibilang mau menang sendiri.
Selain itu kita juga harus siap untuk kalah, walaupun sebenarnya kita tidak mau kalah. Karena ketika kita tidak siap untuk kalah maka ketika kita kalah kita tidak akan dapat berpikir dengan jernih, bahkan bisa-bisa kita menyalahkan Tuhan atas kekalahan kita. Pertanyaannya bukanlah kita menang atau kalah karena itu adalah keputusan Tuhan, akan tetapi pertanyaannya apakah kita sudah melakukan yang terbaik jika kita ingin menang.
Moga-moga yang kalah dapat muhasabah kembali dimana silapnya kita sampai kita kalah. Sebelum kita menunding jari ke pihak lain diri sendiri dulu perlu "dikoreksi".
Akhirnya suka aku ingatkan yang mungkin kekalahan itu adalah 'perkenan' dari tuhan untuk doa kita, doa yang selalu kita ulang setiap kali lepas solat.