Belasungkawa Hassan di Tiro | Cenangau Daunkari

Iklan Top

Jumaat, Jun 04, 2010

Belasungkawa Hassan di Tiro

 "Lon katroh u Aceh, katroh u gampong (Saya sudah sampai di Aceh, sudah sampai ke kampung halaman)."
KOMPAS.com — Kalimat di atas diucapkan Tengku Muhammad Hasan Di Tiro atau Hasan Tiro saat menyapa ribuan masyarakat Aceh yang menanti kedatangannya di Masjid Raya Banda Aceh, Sabtu (11/10/2008) siang.

Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut rentanya. Usianya 83 tahun. Ini adalah perjumpaan pertama Tiro dengan masyarakat Aceh setelah 29 tahun hidup dalam pelarian di luar negeri.

Di senja usianya, Tiro yang memimpin pergerakan melawan Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak lagi menginginkan perang. Namun, mulutnya kelu berucap dimakan usia. Pesan untuk masyarakat Aceh yang berkumpul di Masjid Raya ditulisnya dalam secarik kertas dan dibacakan mantan Perdana Menteri Gerakan Aceh Merdeka Malek Mahmud.

"Belum pernah rakyat Aceh dari masa penjajahan mendapat kebebasan seperti ini," demikian ia menulis. "Rakyat mendapat kebebasan setelah adanya perdamaian di Aceh," lanjut dia.

Tiro mengenang, 30 tahun dibelut konflik, Aceh hampir kehilangan segalanya. Betapa mahal biaya yang dikeluarkan selama perang berlangsung. Maka, di masa damai ini, ia meminta kepada semua rakyat Aceh untuk bersama-sama membangun Aceh.

"Biaya perang lebih mahal, biaya memelihara perdamaian juga lebih mahal. Maka dari itu, peliharalah damai untuk kesejahteraan kita semua," pesannya.

Pesan menjaga perdamaian di Masjid Raya itu tak pernah dicabutnya sampai ia mengembuskan napas terakhirnya, Kamis (3/6/2010) siang tadi pukul 12.12 di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin, Banda Aceh. Hasan Tiro meninggal di bumi Nanggroe yang dicintainya.

Pesan itu sekaligus mengubur deklarasi kemerdekaan Negara Aceh Sumatera yang dibacakannya di Bukit Cokan, di pedalaman Kecamatan Tiro, Pidie, pada 4 Desember 1976. Ia memegang teguh kesepakatan damai antara Pemerintah Indonesia dan GAM yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia.

Tiro wafat sebagai warga negara Indonesia. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menyerahkan berkas kewarganegaraan Tiro, Rabu (2/6/2010) kemarin. Berkas pengakuan kembali sebagai WNI diterima keponakan Tiro, Tengku Fauzi Zainal Abidin, di Ruang Intensive Coronary Care Unit (ICCU) Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin.

Menurut Djoko, Tiro sudah lama mengajukan keinginannya untuk kembali menjadi WNI. Namun, karena sejumlah persoalan administrasi, berkasnya baru diproses pada tahun 2010 ini.

Sejak tahun 1979, Tiro memegang paspor Swedia. Memegang nomor induk warga negara Swedia 250925-7016, ia tinggal sendiri di kamar 0075 Apartemen Alby Blog 11 Norsborg, Stockholm. Di Banda Aceh, ia tinggal di rumah kontrakan di kawasan Lamteumen. Tiro sudah pulang ke kampung halamannya. Pulang selamanya.

Sumber: kompas.com





Nota kaki makan cekam:  Tanpa prejudis

SOALAN MATHS UPSR,PMR,SPM 2010. JGN TERLEWAT!CEPAT!
Promosi percuma Website atau Blog anda di sini
Jom join pay per click pertama Malaysia
Baca Email dapat cash
Media Pengiklanan Baru
Affiliates domain. $0.10 USD for every referal
Iklan text di sini, cuma RM10

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...